Review The Boys Season 4 (2024)
Kilas Balik Edgy-nya The Boys
Dari Flight 37 sampai Herogasm, The Boys selalu menemukkan metode untuk menghancurkan etika-etika sinema sampai manusia sendiri. Dari insiden Flight 37 yang terdapat di permulaan musim perdananya, kita disuguhkan dengan betapa kebaikan muncul demi menjaga citra diri manusia. Mereka bahkan selalu memberikan sajian kacau balau perihal anatomi manusia: darah bercipratan dan daging bertebaran. The Boys juga takmalu-malu dalam memperlihatkan ketelanjangan dan seks-seks liar seperti di Herogasm.
Bagaimanapun, yang membikin The Boys https://tvfixplace.com/dua-hati-biru-film-yang-memiliki-pesan-bagi-para-generasi-muda/ makin menarik yakni ceritanya. Di antara kegilaan-kegilaan hal yang demikian, metode berkisah yang diberikan Kripke membikin kisah ini demikian itu menarik. Ada permainan perebutan kekuasaan yang menarik: tenaga jasmaniah para pahlawan super takmenjamin mereka dengan gampang menguasai dunia. Kehausan akan pengakuan dan dicintai oleh masyarakat membikin mereka semestinya berpolitik dan membangun citra diri.
Di situlah yang membikin The Boys selalu menarik. Grup The Boys yang terdiri dari Butcher (Karl Urban), Hughie (Jack Quaid), MM (Laz Alonso), dan Frenchie (Tomer Capone), selalu menemukan metode terlicik untuk melukai kumpulan adiwira paling perkasa, yakni The Seven yang dikepalai oleh Homelander (Antony Starr). The Boys seperti David yang licik dan penuh logika untuk memeras. Sementara itu, The Seven layaknya Goliat yang naif, tetapi punya tenaga baik dalam jasmaniah maupun akibat ekonomi dan politik.
Melainkan yang makin memperkaya The Boys yakni Kripke yang selalu menyiratkan momen-momen sosial-politik terbaru dalam kisahnya. Pada mulanya, Kripke setara mengkritik dua sisi, sering kali memberi satir terhadap pemaksaan etika sosial dari liberal serta kesetiaan bodoh kaum konservatif. Saat, seiring dengan berkembangnya cerita dan keruhnya kondisi politik di Amerika, sosok Homelander dibuat citra Donald Trump.
Rasanya, seluruh ke-edgy-an yang dibangun di The Boys selalu meningkat dan pada musim keempat demikian itu kental. Meskipun datang pertama kali pada musim pertama, serial ini bagikan angin keras yang mengejutkan kala persepsi akan antagonis dan protagonis diobrak-abrik. Dengan pelaksanaannya pada musim kedua, memperlihatkan sosok Nazi sebagai musuh utama memudahkan pemosisian antagonis dan protagonis. Musim pertama dan kedua fans masih menyentuh-raba dan membangun kesukaan akan serial ini.
Musim Keempat yang Orak-Arik
Musim ketiga, mulai terasa adanya perbedaan anggapan di antara fans karena ceritanya makin suram dan Kripke selalu mencoba mendobrak struktur yang dibangun serial ini. Lalu, puncaknya pada musim keempat ini, kala fans makin sulit untuk mendapatkan sebagian hal yang taksesuai dengan harapan mereka. Melainkan yang perlu diingat bahwa penulis yakni dewa dan Kripke punya hak untuk terus mengobrak-abrik serialnya ini. Lalu, yang perlu diingat bahwa ini yakni The Boys: serial yang selalu mengobrak-abrik dan mencoba menjadi sangat edgy.
Pada musim keempat ini, sayangnya banyak adegan yang terasa murah dan konstruksinya kurang matang. Apalagi, kisahnya justru terlalu terkonsentrasi terhadap penderitaan demi penderitaan, baik itu sang protagonis, Hughie dan Butcher, maupun sang antagonis, Homelander. Terlalu konsentrasi pada para karakter utama ditambah kurang banyaknya adegan yang melibatkan masyarakat besar membikin lingkup ceritanya terasa kecil. Kehadirannya, pertaruhan musim ini demikian itu besar, yakni perebutan kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat.
Bagaimanapun, sekali lagi, inilah The Boys. Dengan gayanya yang makin mendekati mutu film-film kelas B, makin menjadi-jadi juga keunikan serial ini. Belum lagi, tegangan yang dibangun antara The Seven dan The Boys makin menarik. Rasanya, musim ini Kripke lebih banyak meracik dan merancang untuk menempuh klimaks pada musim penutup. Dengan memberi penderitaan dan problem baru yang bertubi-tubi, akan ada banyak juga resolusi yang bakal hadir pada musim kelima.
Karakter-karakter yang Bikin Makin Kisruh
Selain karakter baru ditambahkan, terpenting di anggota The Seven. Sage (Susan Heyward) yakni “supe” yang punya tenaga otak: dia orang paling jago di dunia. Uniknya, untuk cerita yang banyak bertarung strategi layaknya bermain catur, meski mainnya selalu acak-acakan dan asal-asalan, Sage menjadi karakter jago pertama yang punya rencana utuh untuk menempuh kemenangan. Beberapa menghasilkan keteraturan untuk menghasilkan keos yang lebih besar.
Firecracker (Valorie Curry) juga menjadi salah satu tambahan menarik. Personanya mengingatkan kita pada penyiar tenar AS yang sering kali menyebar teori konspirasi, yakni Alex Jones. Meskipun itu, ada juga A-Train (Reggie Franklin) yang pelan menjadi protagonis. Menarik disimak ke mana dia akan berpihak pada musim terakhir nanti.
Selain karakter ini membikin musim keempat ini makin mendekati realitas, terpenting di AS yang sedang dalam masa pemilu ini. Sayangnya, Kripke mungkin kini terlalu keras mengkritik konservatif/republik dan berpihak ke liberal/demokrat. Kehadirannya, pada musim-musim sebelumnya, dia sangat luwes mengejek kedua pihak, sehingga The Boys cuma kelihatan sebagai serial yang memperlihatkan kekeosan Amerika.